Epilog
Hidup adalah perjalanan yang tidak pernah bisa kita tebak. Aku memulainya dengan langkah penuh percaya diri, menapaki jalan-jalan mulus yang kuanggap akan selalu ada. Tapi di tengah perjalanan, aku jatuh ke jurang yang dalam, kehilangan banyak hal yang dulu kuanggap segalanya.
Namun, di balik semua itu, aku justru menemukan diriku sendiri. Aku menemukan arti menjadi seorang suami yang harus kuat meski rapuh, seorang ayah yang tetap tersenyum meski air mata jatuh, seorang manusia yang belajar bahwa keberhasilan bukan sekadar harta dan jabatan—melainkan kemampuan untuk bertahan, mencintai, dan terus berharap.
Aku menulis kisah ini bukan untuk mengeluh, bukan pula untuk menagih simpati. Aku menulisnya sebagai pengingat, terutama untuk diriku sendiri, bahwa hidup ini masih berharga meski penuh luka. Bahwa setiap jatuh adalah undangan untuk bangkit lagi.
Kepada istriku dan keempat anakku, kalian adalah alasan kenapa aku masih berdiri hingga hari ini. Jika suatu hari kalian membaca ini, ingatlah: Ayah mungkin bukan sosok yang sempurna, tapi Ayah selalu berjuang untuk kalian.
Dan kepada siapa pun yang membaca, semoga kisah ini menjadi secercah cahaya. Jika hari ini kau merasa hancur, percayalah, itu bukan akhir. Selalu ada harapan, selalu ada jalan, selalu ada alasan untuk bangkit.
Hidup bukan tentang seberapa jauh kita melangkah tanpa jatuh. Hidup adalah tentang bagaimana kita bangkit setiap kali terjatuh.
Aku sudah jatuh, dan aku sedang bangkit lagi.
Perjalanan ini belum selesai—dan aku siap melanjutkannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar