“Salah Tempat Tapi Viral: Papan Nama yang Lupa Arah Mata Angin”
Oleh: Isnul Ar Ridha
Pagi ini di Palopo, publik dikejutkan oleh sidak mendadak yang dilakukan Ibu Wali Kota ke sebuah instansi. Dalam sidak tersebut, nada tinggi sempat terdengar, ekspresi serius pun terekam kamera. Tapi lucunya, yang bikin heboh bukan marah-marahnya—melainkan papan nama di bajunya yang ‘salah arah’.
Alih-alih melekat manis di kanan dada, papan nama sang kepala daerah justru terpampang di sebelah kiri. Bukan salah kamera, bukan pula efek filter TikTok. Ini murni kesalahan penempatan. Dan seperti biasa, netizen lebih cepat menangkap hal-hal visual ketimbang substansi.
Simbol yang Bersuara
Dalam dunia birokrasi, pakaian dinas bukan sekadar seragam. Ia adalah kain sakral yang dijahit dengan aturan, simbol, dan wibawa. Kalau ASN itu prajurit sipil, maka baju dinas adalah semacam “baju zirah” dengan papan nama sebagai penanda identitas, dan logo daerah sebagai lambang pengabdian.
Maka, ketika papan nama pindah ke kiri, publik bukan cuma melihat kesalahan jahit. Mereka melihat simbol yang keliru arah. Bagai penunjuk jalan yang salah pasang, atau plang warung bakso yang tertulis “Tutup” padahal sedang ramai pembeli.
Bukan sebaliknya. Kalau dibalik, bisa-bisa bikin para purna ASN geleng-geleng sambil berkata, “Lho, ini kok bisa lolos protokoler?”
Humor Kecil, Cermin Besar
Tentu, ini bukan dosa birokrasi kelas berat. Tidak perlu tim investigasi khusus. Tapi kejadian ini memberi pelajaran kecil: dalam dunia publik, semua hal bisa jadi sorotan—termasuk letak papan nama. Apalagi jika yang bersangkutan adalah pemimpin daerah.
Bayangkan, ibu Wali Kota datang dengan semangat menertibkan pegawai yang mungkin datang terlambat, tapi justru papan nama beliau sendiri datang “terlambat ke tempatnya”. Ironi yang manis, dan netizen pun senang mengunyahnya di linimasa.
Baju Juga Perlu Dikasih Arahan
Di balik kejadian ini, kita diingatkan bahwa kesalahan kecil bisa mencuri fokus dari pesan besar. Itu sebabnya, detail dalam pakaian dinas tidak boleh dianggap sepele. Karena publik sekarang bukan hanya menilai dari kata-kata, tapi dari apa yang tampak di layar HP mereka.
Untuk tim wardrobe, mungkin sudah saatnya ada checklist atribut sebelum turun ke lapangan, layaknya pilot sebelum terbang. Karena kadang, papan nama yang salah posisi bisa lebih viral daripada 1.000 kata dalam konferensi pers.
Dan buat kita semua mari belajar dari papan nama ini. Bahwa setiap posisi punya tempatnya. Kalau tidak pada tempatnya, ya siap-siap jadi bahan obrolan. Tapi tak apa, selama kita bisa menertawakannya dengan elegan, bukan menyudutkan.
Karena dalam dunia birokrasi, kadang humor kecil bisa jadi pengingat paling kuat: bahwa tugas kita bukan hanya berjalan lurus, tapi juga duduk di tempat yang benar termasuk di dada kanan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar