Tahun 2007 kali pertama saya
mengalami transisi putih abu-abu (siswa) menjadi Maha. Kampus ini mengajarkan
banyak hal, banyak memperkenalkan dan banyak membentuk karakter untuk saling
berbaur di masyarakat, bahkan paling mewarnai hidup adalah kampus mempertemukan
saya dengan istri saya.
Lima tahun setelah Lulus
dari kampus kuning, rindu rasa untuk bersua dan melapas kerinduan, sayapun
bergerak menuju kampus perjuangan itu, sebelum memasuki gerbang kampus saya
memarkir motor didepan tempat fotocopy, parkirannya tepat
tak menghalangi pengendara lain untuk berlalu lalang.
tak menghalangi pengendara lain untuk berlalu lalang.
Tetiba diGerbang kampus, ada
pemandangan berbeda Gedung Kuning berlantai 3 di sebaelah barat menyambut
rindu, menghadap timur bangunan itu diruntuhkan untuk mendirikan bangunan
berlantai. Rindu ini benar terbayarkan, melihat aktifitas mahasiswa berlalu
lalang memarkir kendaraan yang tak sebanyak sewaktu saya berkuliah tahun 2007
hingga 2012. Berjalan mengelilingi gedung demi gedung menjadi hal pengobat
rindu itu, sesekali mengingat hal lucu bersama teman seangkatan.
Puas berkeliling dikampus,
ku kembali dekat pintu gerbang, saya mengambil kursi kayu patah untuk menjadi
tempat duduk, namun ada sesuatu mengganggu mataku selama duduk disana, motor
yang tak terparkir rapi dan baik lah penyebabnya, symbol P bergaris merah
Tengah menandakan dilarang Parkir disini, entah mahasiswa dan dosen tak bisa
membaca ataukah memang kesadaran mereka yang kurang terhadap symbol-simbol
lalulintas. Bahkan saling menghalangi kendaraan berlalu lalang.
Sesekali saya menegur, dek
dilarang parkir motor disitu, tatapannya hanya kosong tetap saja memarkir
kendaraanya dengan rasa tak bersalah.
Sekitar 20 menit duduk
datang seorang mahasiswa dengan menyapa “Kak Inhu” panggilannya tak begitu
asing karena sapaan itu hanya disampaikan oleh orang begitu akrab dengan saya,
jawabku refleks “IYE”. Sambil mengayunkan tangannya untuk bersalaman. Benar dia
mahasiswa yang sering berkunjung kerumah untuk membaca buku.
Berbincang tentang kampus
bersama mahasiswa itu telah menggugurkan sebagian kerinduan atas kampus ini. Dia
bercerita tentang system dan fasilitas belajar mengajar yang setiap tahun
mengalami peningkatan, ruangan Ber-AC, Laboratorium baik dan menyampaikan bahwa
Akreditasi Institusi Kampus kita “B”. ceritanya menambah bangga saya menjadi
alumni.
Namun, selain system dan
fasilitas belajar mengajar baik dengan dukungan ruangan-ruang ber-AC, ada hal
yang membuatnya berfikir menyampaikan kepada petinggi-petinggi kampus, yaitu Parkiran
Motor mahasiswa dan dosen yang tak sesuai dengan tempatnya. Wah pikiran saya
sama dengan mahasiwa itu, saya berbagi cerita tentang tempat parkir di tahun
2007 – 2012, dulunya parkiran disini sempit sebelum dibangunnya bangunan
berlantai 3 berwarna kuning itu. Sekarang disana lantai satunya adalah tempat
parkir tapi kenapa mahasiswa dan dosen malas memarkir kendaraannya disana?,
mahasiswa itu menjawab mungkin karena mereka terburu-buru. SALAH, itu bukan
karena mereka terburu-buru melainkan MORAL dan ETIKA mereka yang Kurang, dulu
ada mata kuliah FILSAFAT ETIKA, apakah mata kuliah itu masih ada? Tanyaku,
mahasiswa itu bingung. Kulanjutkan berbagi cerita dengannya, saya ini orang
paling malas masuk kuliah bahkan 4 nilai D dalam Ijazah Sarjana menemani saya
hingga hari ini. Dari ceritamu tentang Sistem dan Fasilitas belajar mengajar
sudah baik menurutmu, namun secara ETIKA sepertinya mereka perlu belajar lagi
ataukah mereka harus belajar MEMBACA Huruf P berlingkar Merah.
"Tak ada jaminan Nilai IPK Tinggi dan Pendidikan Tinggi jika Etika kita tak punya" (isnul Ar Ridha)
Palopo. 2 Juni 2017
Isnul Ar Ridha


Tidak ada komentar:
Posting Komentar