Full width home advertisement

OPINI ACAK

JENAKA POS

Post Page Advertisement [Top]



Ada sebuah ruang yang tak tercatat di denah sekolah.
Ruang yang tak memiliki bangku, papan tulis, atau jadwal pelajaran.
Namun di sanalah, sesungguhnya, pertemuan paling penting terjadi.

Saya menyebutnya ruang tanpa bangku.

Pertemuan Jiwa
Anak-anak masuk ke ruang itu tanpa mereka sadari. Dengan mata bening, mereka menatap ke depan, seakan dunia masih terbuka luas. Senyum mereka belum belajar berpura-pura. Tatapan mereka masih penuh percaya.

Di ruang itu, saya merasakan sesuatu yang tak bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Seperti ada garis halus yang mempertemukan jiwa-jiwa kecil dengan jiwa saya. Pertemuan itu beraturan, meski tak pernah tertulis. Ada keteraturan yang lebih sunyi, yang tak terlihat, tetapi nyata.

Setiap anak datang membawa kisahnya sendiri—kisah yang belum selesai, kisah yang bahkan belum dimulai. Dan di ruang ini, kisah-kisah itu saling bersinggungan.

Saya tahu, mereka belum menyadari betapa pentingnya pertemuan itu. Tapi saya, yang berdiri di hadapan mereka, bisa merasakannya. Di sinilah sejarah kecil mereka berawal.

Jejak Perjalanan
Di ruang tanpa bangku, perjalanan dimulai tanpa aba-aba.
Seorang anak mengangkat tangan, ragu tapi berani. Itulah awal perjalanan keberanian.
Seorang anak tertawa karena kesalahan kecil, dan di situlah perjalanan keceriaan mengambil langkahnya.
Seorang anak terdiam lama, menatap jendela, mungkin memikirkan rumahnya. Itu adalah awal perjalanan keheningan yang kelak bisa menjadi kebijaksanaan.

Setiap gerak, setiap kata, adalah jejak.
Jejak yang suatu hari akan membentuk jalan panjang yang mereka tapaki.

Saya, seorang guru, hanya menyaksikan. Kadang saya ingin menahan langkah mereka, agar tetap kecil, tetap polos. Tapi perjalanan tidak bisa dihentikan. Waktu adalah arus yang tak pernah mundur.

Sejarah yang Akan Tercipta
Mereka tak tahu bahwa di ruang ini, sejarah sedang ditulis.
Bukan sejarah besar seperti yang tercatat di buku pelajaran.
Melainkan sejarah kecil—sejarah pribadi, sejarah jiwa.

Seorang anak yang dulu takut berbicara, suatu hari akan berdiri di panggung besar.
Seorang anak yang selalu berbagi bekal, kelak akan tumbuh menjadi seseorang yang memimpin dengan hati.
Seorang anak yang hari ini menunduk karena nilai merah, mungkin suatu hari justru menulis kisah tentang jatuh dan bangkit yang menginspirasi banyak orang.

Di ruang tanpa bangku, benih sejarah itu ditanam.
Dan saya hanya bisa berharap, tanah yang menampungnya cukup subur.

Kerapuhan dan Doa
Namun, ada melankoli yang tak bisa saya sembunyikan.
Saya tahu, keluguan mereka rapuh.
Dunia di luar ruang ini bisa kejam.
Mata yang hari ini jernih, suatu saat akan melihat kebohongan.
Senyum yang hari ini tulus, suatu hari mungkin menjadi topeng.

Saya tak bisa melindungi mereka selamanya.
Yang bisa saya lakukan hanyalah menyimpan doa.

Doa agar perjalanan mereka tidak menghapus seluruh kepolosan.
Doa agar sejarah yang mereka tulis bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang mencintai.
Doa agar pertemuan jiwa hari ini tetap hidup di ingatan mereka, meski kelak mereka sudah jauh.


Ruang yang Tak Pernah Kosong
Bangku bisa kosong.
Kelas bisa ditinggalkan.
Nama bisa hilang dari daftar hadir.

Tapi ruang tanpa bangku tak pernah kosong.
Karena ruang itu hidup di hati, bukan di gedung.
Ia menyimpan tawa yang pernah pecah, tatapan yang pernah percaya, pertanyaan yang pernah dilontarkan dengan polos.

Ruang itu menjadi saksi bisu, bahwa pernah ada jiwa-jiwa kecil yang bertemu.
Pertemuan yang beraturan, meski tanpa jadwal.
Pertemuan yang sederhana, tapi meninggalkan sejarah.

Kini saya mengerti.
Ruang tanpa bangku bukan hanya ruang belajar. Ia adalah ruang jiwa.
Di sana, anak-anak bertemu dengan dirinya sendiri, dengan guru mereka, dengan masa depan mereka.

Dan setiap kali saya memasuki ruang itu, saya tahu:
saya tidak hanya sedang mengajar.
Saya sedang menyaksikan perjalanan.
Saya sedang menemani sejarah.
Saya sedang menjaga pertemuan jiwa.

Itulah ruang tanpa bangku
ruang yang sunyi, rapuh, tetapi abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]